Dalam
Tarekat ada 3 (tiga) metode, sekaligus merupakan tiga tingkatan untuk
membersihkan jasadi dan diri rohani, yaitu takhalli, tahalli dan tajalli.
Langkah
pertama yang harus dilakukan oleh pengamal tarekat atau salik adalah taubat dan
istighfar dari dosa besar maupun dosa kecil. Si salik harus berniat, berjanji
dan ber’azam untuk tidak lagi mengulangi dosa-dosa itu untuk selamanya. Seiring
dengan itu si salik berniat, berjanji dan ber’azam pula, untuk mengisi seluruh
hidup dan kehidupannya dengan ‘akmalush shalihat yang wajib maupun yang sunat.
Taubat
dan istighfar bagi si salik ibarat suatu fundamen pada suatu bangunan atau
ibarat akar dari suatu pohon. Tidak mungkin ada bangunan tanpa fondamen dan tak
mungkin ada pohon tanpa akar.
Demikian
pula halnya, tidak mungkin jadi pengamal tarekat tanpa taubat nashuha dan
istighfar yang sungguh-sungguh dihayati dan dilaksanakan. Bersihkan dulu lobang
pondasi, sebelum meletakkan batu pertama bangunan. Bersihkan dulu lobang tempat
menanam pohon sebelum pohon itu ditanam. Bersihkan dulu lobang diri rohani si
salik, sebelum melangkah mengamalkan peramalan tarekat.
Pembersihan
dan pengosongan diri rohani dari segala dosa dan noda dari sifat buruk dan
tercela, menghentikan segala perbuatan fakhsyak dan mungkar yang merusak, dan
seterusnya. Itulah kajian yang dinamakan takhalli.
Setelah
melaksanakan takhalli, tindak lanjut berikutnya adalah mengisi tempat yang
kosong itu dengan amalan-amalan yang saleh, yang digerakkan oleh sifat-sifat
yang terpuji, yang tumbuh dari hati atau diri rohani yang telah bersih tadi.
Pembersihan dan pengisian tidak mungkin terlaksana atau menjadi kenyataan
sekaligus, tetapi harus dilaksanakan dengan riyadhah (latihan) dan mujahadah
(perjuangan yang sungguh-sungguh), yang dilaksanakan terus menerus sampai akhir
hayat. Sebab bibit fujur (buruk) dan bibit takwa (baik) tetap ada dan telah
tertanam sejak manusia masih dalam alam rahim ibu kita. Yang dilakukan diri
insani hendaklah mengalahkan bakat, bibit fujur, sehingga bakat, bibit takwa
menjadi dominan, menjadi kenyataan dalam kehidupan insani.
Firman
Allah SWT : “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya”. (Q.S. Asy Syams 91 : 7 – 10)
Dari
ayat tersebut,dengan jelas sekali Allah SWT memberitahukan, bahwa di dalam diri
manusia ada dua bibit atau bakat yang berlawanan, yaitu bibit fujur (buruk) dan
bibit takwa (baik). Bibit fujur tumbuh dan berkembang sesuai dengan kehendak
hawa nafsu duniawiyah yang buruk. Dalangnya adalah iblis dan syaetan. Bibit
takwa tumbuh dan berkembang sesuai dengan kehendak fitrah manusia yang bersih
berlandaskan hidayah dari Allah SWT. Mitra pengendalinya adalah malaikat,
sebagai aparat Allah mengarahkan manusia kepada takwa.
Beruntunglah
orang yang berusaha mensucikan diri jasmani dan diri rohaninya, dan merugilah
orang yang mengikuti hawa nafsu yang buruk yang mengotori dirinya.
Mensucikan
diri jasadi dan diri rohani harus simultan dan serentak. Dosa yang dilakukan
oleh diri jasadi, kita namakan dosa lahir, sedangkan dosa yang dilakukan oleh
diri rohani kita namakan dosa batin, sedangkan perbuatannya itu sendiri kita namakan
maksiat lahir dan maksiat batin. Karena itu mensucikannya juga harus secara
lahir dan secara batin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar